Advertisement
Suku dayak di Kalimantan merupakan
salah satu suku yang kaya akan seni dan budaya. Sudah bukan hal umum lagi bahwa
suku dayak di segani oleh masyarakat di nusantara karena kebudayaannya. Salah
satu budaya yang paling di kenal oleh bangsa Indonesia adalah budaya telinga
panjang sebagai salah satu seni yang hanya di miliki oleh suku dayak di Kalimantan.
foto (c) noormuslima.com |
Seiring berjalannya waktu, budaya
ini sudah mulai di tinggalkan oleh generasi-generasi muda yang enggan melestarikannya
dan kini budaya ini hanya di lestarikan oleh seorang suku dayak yang telah
menua. Ketika mereka yang saat ini masih melestarikan budaya ini telah di
panggil oleh yang maha pencipta, maka di pastikan budaya ini akan punah
menghitung waktu.
Makna Telinga Panjang
Sub suku dayak di pulau Kalimantan
sangatah banyak dan setiap sub suku memiliki kebudayaannya masing-masing, tidak
semuanya memiliki kesamaan. Begitu juga halnya dengan budaya telinga panjang
ini. Dari sekian banyak sub suku dayak di Kalimantan , hanya beberapa sub suku
saja yang memiliki tradisi telinga panjang ini yaitu Dayak kenyah, dayak
kayaan, dayak punan, dayak iban dan dayak taman. Yah, tradisi ini masih di
pegang teguh oleh sebagian orang dayak secara khusus mereka yang termasuk
generasi tua yang tinggal di pedalaman.
Sebenarnya, setiap sub suku dayak
memiliki makna tersendiri mengenai telinga panjang ini. Namun secara umum tradisi
telinga panjang merupakan salah satu bentuk kecintaan dari masyarakat Dayak
terhadap Adat dan budaya serta nilai-nilai kebudayaan suku dayak . Dengan
adanya tradisi telinga panjang tersebut sebagai penanda identitas manusia yang
beradab.
Perkembangan Budaya Telinga
Panjang
Hampir punahnya tradisi ini di
karenakan banyak yang berpikir bahwa ini merupakan hal yang aneh ketika di
terapkan di dunia yang telah serba modern. Tradisi ini seperti fashion, dan
ketika fashion ini di bawa ke daerah perkotaan , maka yang ada hanya olok-olok
dari kebanyakaan orang , terlebih jika mereka adalah generasi muda yang telah
mengerti mode dan tren. Oleh sebab itu , banyak generasi muda sangat enggan
untuk memanjangkan telinga mereka.
Penulis hanya bisa beropini bahwa tradisi ini hanya akan menghitung waktu untuk punah. Walaupun anda tidak akan melihat mereka dengan tradisi telinga panjang di daerah perkotaan, namun di taman budaya pampang , anda akan bisa berjumpa dengan mereka yang sangat sedikit jumlahnya.
Advertisement
Di Jawa Tengah juga ada yang seperti itu, namun telinganya tidak sepanjang itu, hanya lubang tindik untuk anting lebih besar, jari kelingking bisa masuk. Namun sekarang juga sudah ditinggalkan.
BalasHapussayang bgt kalo sampai tradisi telinga panjang dayak ini punah begitu saja... :'(
BalasHapus