Advertisement
Yoechua Blog - Pernah mendengar sebuah desa bernama lobo? lobo merupakan sebuah desa/perkampungan yang berada di kabupaten kaimana, papua Barat. Sedikit berbeda dari kampung-kampung lainnya, rumah di kampung lobo tersusun rapi, berjejer dengan jalan-jalan setapak serta jalan berblok-blok.
Di salahsatu sudut perkampungan kalian akan menemukan sebuah tulisan "fort du Bus" tepatnya di sekitar halaman balai desa yang diyakini dibuat pada tahun 1828 karena di tugu tersebut terpampang tulisan 1828.
Perkenalkan, anak dalam foto di atas bernama Sandi ( memakai baju SD). Dia adalah seorang anak bangku kelas 3 SD, walaupun tinggi badannya lumayan hampir menyamai penulis. Sebelumnya penulis bernama Anjar Widyantoro S.kom, seorang lulusan teknik informatika di perguruan tinggi yang ada di kalimantan timur, universitas mulawarman. Kisah yang begitu menarik untuk penulis angkat melalui blog untuk berbagi kisah di negeri timur matahari.
Sandi merupakan anak kelas 3 SD yang memiliki semangat belajar yang tinggi di bandingkan anak-anak yang hidup di kota dngan fasilitas yang mumpuni. Sandi tinggal di luar kampung yang berjarak 4km, kalian pasti tahu bahwa 4 km di papua bisa lebih dari itu. Perjalanan dari rumah kesekolah dia mulai dengan menyebrang sungai urere yang lebarnya lebih dari 10m menggunakan kole-kole, sebutan bagi warga kampung lobo untuk menyebut sampan kecil.
Perjalanan dilanjutkan melewati kebun yang lebih cocok disebut sebagai hutan sebelum sampai di jalan raya yang baru ini dibuat. Jalan yang jarang sekali dilalui sepeda motor karena di kampung lobo, sepeda motor tidak lebih dari 5 unit milik babinsa, bidan dan beberapa warga saja. Perjalanan yang ia tempuh dengan tanpa mengenakan alas kaki. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat Sandi dan beberapa kawannya untuk belajar.
Menurut penuturan ibu gurunya, mereka jarang sekali tidak turun sekolah terutama Sandi yang bercita-cita ingin menjadi tentara. Penulis melihat sendiri ketika penulis dan rekan-rekan mengadakan latihan pramuka, sebelum jam 3 dia telah tiba kembali di sekolah dengan menggunakan pakaian pramuka serta tas yang masih baru yang katanya pemberian dari bapa desa.
Untuk makan siang, penulis sempat bertanya kepada mereka dan mereka waktu itu mengatakan makan pisang bakar dengan parutan kelapa, makanan pokok selain sagu, ubi dan keladi yang ada di papua. Lalu saat haus, mereka biasa minum air sungai atau memanjat pohon kepala. Melihat kehidupan sederhana mereka, namun semangat untuk meraih cita-cita dengan belajar tidak patut diragukan lagi.
Itulah sedikit cerita negeri di timur matahari, Sandi semoga kelak cita-citamu bisa kau gapai - Anjar Widyantoro
(yoechua.com)
Advertisement