Advertisement
Yoechua Blog - Berdiri dengan nama Raja Garuda Mas, Royal Golden Eagle (RGE) selalu berupaya memberi manfaat kepada khalayak. Mereka memilihnya dengan menjalankan kemitraan supaya bisa tumbuh besar bersama.
RGE resmi didirikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto pada 1973. Kala itu, pada awalnya, ia menamainya sebagai Raja Garuda Mas. Namun, seiring arah perusahaan ke pentas global, transformasi nama menjadi Royal Golden Eagle dilakukan.
Sukanto Tanoto selalu berharap perusahaannya tidak tumbuh besar sendiri. Ia sangat ingin semuanya bisa berkembang sejalan dengan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Harapan ini ingin direalisasikan. Banyak cara yang ditempuh. Salah satunya ialah menjalin kemitraan dengan publik.
Image Source: Asian Agri
|
Sejak bernama Raja Garuda Mas hingga kini, mereka membuka kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sama. Biasanya warga sekitar dijadikan partner usaha. Lebih menarik lagi, RGE malah memasukan kerja sama itu ke dalam operasional perusahaan.
Semua unit bisnis RGE melakukannya. Salah satunya Grup APRIL. Mereka merupakan unit bisnisnya yang bergerak di industri pulp dan kertas. APRIL tercatat sebagai salah satu pemain penting di tataran global. Setiap tahun, mereka sanggup memproduksi kertas 1,15 juta ton yang ditambah dengan pulp sebesar 2,8 juta ton.
Kesuksesan itu tidak lepas dari kemampuan menjaga stok bahan baku untuk produksi. APRIL membutuhkan fiber yang diperoleh dari kayu. Mereka mendapatkannya dari perkebunan sendiri seluas 480 ribu hektare. Di sana mereka menanaminya dengan pohon akasia.
Dalam proses inilah, APRIL menjalankan kemitraan. Mereka bekerja sama dengan para petani dalam mengelola perkebunan. Partner itu disebut sebagai mitra jangka panjang. Sampai sekarang, jumlahnya 40 dan mereka membantu pengelolaan kebun akasia.
Berkat itu, pengelolaan perkebunan berjalan maksimal. Sekitar 79 persen keperluan fiber perusahaan telah bisa dipenuhi secara mandiri. Sisanya tinggal diperoleh dari para partner lain. Program kemitraan itu dinamai sebagai Masyarakat Petani Serat. APRIL mendorong petani untuk menanam pohon akasia di lahannya sendiri. Mereka juga memberikan bantuan pembiayaan, pembibitan dan pemupukan, serta pemeliharaan perkebunan.
Hingga kini, telah ada 28.384 hektare lahan yang telah didedikasikan untuk masyarakat petani serat. Selain itu, APRIL menginvestasikan dana senilai 1.200 dolar Amerika Serikat ntu
US$1.200 diinvestasikan pada setiap hektare tanaman.
Akan tetapi, langkah tersebut tidak sia-sia. APRIL sanggup menciptakan lapangan kerja baru. Rata-rata ada 30-35 kesempatan pekerjaan tercipta untuk setiap 100 hektare tanaman.
Kemitraan yang dijalankan tidak hanya dalam pengelolaan perkebunan. Dalam proses produksi pulp dan kertas, APRIL juga memegang prinsip serupa. Unit bisnis grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini memilih mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di sekitarnya.
Cara yang diambil cukup unik. APRIL membuka kesempatan kepada pebisnis di sekitarnya untuk menjadi mitra binaan. Mereka nanti diberi peluang untuk menyuplai barang atau jasa yang diperlukan oleh perusahaan.
Bersamaan dengan pembukaan kesempatan tersebut, APRIL juga mendukung perkembangannya. Mereka melatih kemampuan berbisnis para UKM dengan beragam pendampingan seperti pelatihan pengelolaan keuangan atau manajemen produksi.
Itu belum cukup. APRIL menambahinya dengan dukungan akses ke bank untuk permodalan. UKM yang menjadi mitra diberi surat kontrak kerja sama yang dapat menjadi jaminan kredit ke bank.
Kegiatan ini telah berhasil mengangkat kinerja banyak pebisnis lokal dan UKM di Riau. Tercatat ada 189 pengusaha yang dibantu langsung oleh APRIL. Berkat itu, ada 1.600 lapangan pekerjaan yang dihasilkan.
Sebagai timbal balik, operasional perusahaan juga terdukung. APRIL bisa menjaga produktivitasnya tetap tinggi berkat dukungan para mitra.
KIPRAH ASIAN AGRI DAN BRACELL
Image Source: Asianagri.com
|
APRIL bukan satu-satunya unit bisnis RGE yang menjalin kemitraan dengan masyarakat. Asian Agri dan Bracell juga menjalankan kegiatan serupa demi peningkatan produktivitas.
Dimulai dari Asian Agri yang bergerak di industri kelapa sawit. Mereka kini termasuk salah satu produsen kelapa sawit terbesar di Asia. Hal itu dikarenakan kapasitas produksi yang tinggi. Setiap tahun, Asian Agri mampu memproduksi crude palm oil hingga satu juta ton.
Untuk mendapatkan bahan baku, Asian Agri mengelola perkebunan sendiri. Mereka memiliki lahan seluas 160 ribu hektare. Inilah yang akhirnya dijadikan sebagai sarana untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat.
Oleh Asian Agri, tidak semua lahan yang dimiliki dikelola sendiri. Mereka membaginya kepada para petani kecil dalam sistem kerja sama plasma dan swadaya. Dalam sistem plasma, Asian Agri sudah memulainya sejak 1987. Mereka menyerahkan 60 ribu hektare lahannya untuk dikelola petani dalam program Perkebunan Inti Rakyat-Trans. Anak perusahaan RGE ini menjadi salah satu pelopor program tersebut di Indonesia. Ada sekitar 30 ribu keluarga petani yang mendapat manfaat dari kemitraan ini.
Selain dalam sistem plasma inti, kerja sama dengan para petani dilakukan oleh Asian Agri dengan petani swadaya. Belakangan, mereka kian intens dalam pengembangan model kerja sama ini.
Lihat saja, pada 2018, Asian Agri berharap kemitraan dengan petani swadaya bisa mencakup lahan seluas 40 ribu hektare. Jumlah itu diharapkan akan meningkat menjadi 60 ribu hektare pada 2020 nanti.
Langkah ini bermanfaat besar bagi para petani mitra. Baik petani swadaya atau petani plasma Asian Agri sanggup meningkatkan produktivitas pertaniannya. Hal itu bisa digapai berkat dukungan pendampingan pertanian yang baik dari unit bisnis RGE tersebut. Tentu saja ini berdampak positif bagi kesejahteraan keluarga petani. Taraf perekonomiannya kian membaik.
Sebaliknya Asian Agri juga memperoleh manfaat besar. Mereka mendapatkan suplai bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi secara konsisten. Ini berujung terhadap produktivitas yang tinggi.
Sementara itu, Bracell juga tidak mau kalah. Unit bisnis dari grup yang bernama Raja Garuda Mas ini berbasis di Brasil. Mereka beroperasi di industri selulosa spesial dan menjadi pemimpin global di bidangnya.
Meski berada di luar negeri, Bracell memiliki pemikiran yang sama APRIL dan Asian Agri. Mereka menjalankan kemitraan dengan masyarakat sekitar. Bracell melakukannya dengan menggulirkan kegiatan yang dinamai Social Tree Planting. Melalui kegiatan ini, mereka mengundang petani lokal untuk ikut menyuplai bahan baku produksi. Caranya ialah menanam pohon eukaliptus yang dibutuhkan.
Kegiatan ini telah mencakup lahan seluas 6.400 hektare. Tidak kurang dari 64 keluarga sudah merasakan manfaatnya. Namun, Bracell ingin terus menambah cakupan kegiatan. Dalam enam tahun ke depan, mereka ingin Social Tree Farming telah mencakup lahan seluas 15 ribu hektare.
Aktivitas ini bermanfaat bagi Bracell dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Petani juga merasakan manfaatnya dari segi ekonomi, sehingga sama-sama merasakan keuntungan. Inilah yang diharapkan grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas tersebut bagi masyarakat.
(yoechua.com)
Advertisement